Total Tayangan Halaman

Rabu, 24 Juni 2015

#PAPUAKU (Kota Sorong)

                                        Tentang Sorong



Sejarah

                                                           Lido - Tembok Berlin (tahun 1959)


              Nama Sorong berasal dari kata SOREN dalam bahasa Biak Numfor yang berarti laut yang terdalam dan bergelombang, kata Soren digunakan pertama kali oleh suku Biak Numfor yang berlayar pada zaman dahulu dengan perahu-perahu layar dari satu pulau ke pulau yang lain hingga tiba dan menetap di kepulauan Raja Ampat.
Suku Biak Numfor inilah yang memberi nama “Daratan Maladum” dengan sebutan SOREN yang kemudian dilafalkan oleh para pedagang tionghoa, misionaris dari Eropa, Maluku dan Sangihe Talaud dengan sebutan Sorong.
             Awal mulanya kota sorong adalah salah satu kecamatan yang dijadikan pusat pemerintahan Kabupaten Sorong. Namun dalam perkembangannya telah mengalami perubahan, sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1996 tanggal 3 Juni 1996 menjadi Kota Administratif. Selanjutnya berdasarkan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 1999 Kota Administratif ditingkatkan menjadi Kota Otonom, yakni Kota Sorong pada tanggal 21 Oktober 1999 dengn batas-batas administrative  Kota Sorong bersamaan dengan Pembentukan Propinsi Irian Jaya Tengah, Propinsi Irian Jaya Barat, Kabupaten Paniai, Kabupaten Mimika, Kabupaten Puncak Jaya dan Kota Sorong ( Lembaran Negara RI Nomor 173 Tahun 1999, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor  3894).
sumber : http://www.kemendagri.go.id/pages/profil-daerah/kabupaten/id/92/name/papua-barat/detail/9271/pages/support


              Kota Sorong adalah sebuah kota di Provinsi Papua Barat, Indonesia. Kota ini dikenal dengan sebutan Kota Minyak, di mana Nederlands Nieuw-Guinea Petroleum Maatschappij (NNGPM) mulai melakukan aktivitas pengeboran minyak bumi di Sorong sejak tahun 1935.
             Kota Sorong sangatlah strategis karena merupakan pintu keluar masuk Provinsi Papua dan Sebagai Kota Persinggahan. Kota Sorong juga merupakan Kota industri, perdagangan dan jasa, karena Kota Sorong dikelilingi oleh Kabupaten lain yang mempunyai Sumber Daya Alam yang sangat potensial sehingga membuka peluang bagi investor dalam maupun luar negeri untuk menanamkan modalnya.
                     Secara geografis, Kota Sorong berada pada koordinat 131°51' Bujur Timur dan 0° 54' Lintang Selatan, memiliki batas-batas sebagai berikut :
  • Sebelah Timur : berbatasan dengan Distrik Makbon (Kabupaten Sorong) dan Selat Dampir
  • Sebelah Barat : berbatasan dengan Selat Dampir
  • Sebelah Utara : berbatasan dengan Distrik Makbon (Kabupaten Sorong) dan Selat Dampir
  • Sebelah Selatan : berbatasan dengan Distrik Aimas (Kabupaten Sorong) dan Distrik Salawati (Kabupaten Raja Ampat)
Luas wilayah Kota Sorong mencapai 1.105,00 km2, atau sekitar 1.13% dari total luas wilayah Papua Barat. Wilayah kota ini berada pada ketinggian 3 meter dari permukaan laut dan suhu udara minimum di Kota Sorong sekitar 23, 1 ° C dan suhu udara maximum sekitar 33, 7 ° C. Curah hujan tercatat 2.911 mm. Curah hujan cukup merata sepanjang tahun. Tidak terdapat bulan tanpa hujan, banyaknya hari hujan setiap bulan antara 9 - 27 hari. Kelembaban udara rata-rata tercatat 84 %.
Keadaan topografi Kota Sorong sangat bervariasi terdiri dari pegunungan, lereng, bukit-bukit dan sebagian adalah dataran rendah, sebelah timur di kelilingi hutan lebat yang merupakan hutan lindung dan hutan wisata.
      

Budaya


                Penduduk asli Sorong adalah suku Moi. Secara umum suku Moi dapat kita gambarkan, bagaimana kehidupan, budaya, perekonomian, pola bermukim dan lain sebagainya. Suku di Papua begitu banyak menyimpan suatu keindahan-keindahan, serta keunikan-keunikan tersendiri. Perlu kita ketahui, Papua adalah suatu daerha yang paling majemuk, beraneka ragam dalam segala segi. Bahkan di dalam suatu pulau inipun terdapat banyak suku dan bahasa yang majemuk juga, kemajemukan inipun sangat banyak disamping hal-hal yang lain.
               Analisis pola dan tipologi budaya yang ada pada masyarakat Papua yang dimaksudkan dalam hal ini adalah suatu kebiasaan dan tempat tinggal yang berlangsung pada suku ini. Suku ini mendiami beberapa tempat tinggal, diantaranya adalah ada yang tinggal di pesisir pantai, di daerah pedalaman dan daerah pegunungan.
            Pada masa sekarang jika kita melihat secara umum bahasa yang digunakan pada masyarakat Moi sendiri adalah bahasa Indonesia dengan dialek yang khas orang Papua. Karena bahasa daerah yang digunakan sudah sangat minim dan hanya ada pada kalangan-kalangan tertentu yakni dikalangan orang-orang tua. Sedangkan menurut masyarakat setempat arti kata Moi itu sendiri adalah bahasa yang satu. 

Makanan Khas 

                Di Sorong sendiri terdapat makanan khas, Makanan khas yang dimiliki kota sorong tidak jauh beda dengan yang ada di papua pada umumnya. Pinang, kapur sirih dan sagu merupakan makanan atau cemilan fovorit masyarakat asli papua. 

Bahkan masyarat di Papua tidak hanya di lakukan dan di suka oleh para kaum tua,para generasi muda pun baik laki-laki atau pun ceweknya masih ada yang memelihra tradisi tersebut dan juga masyarakat yang merupkan pendatang dari pulau luarpun senang mengkonsumsinya . Dan jika anda melihatnya secara langsung maka anda akan melihat mereka sangat menikmati ‘cemilan’ tersebut layaknya makan permen. Biasanya pinang dikonsumsi dengan ditemani dengan kapur siri.


                  Sagu adalah tepung atau olahannya yang diperoleh dari pemrosesan teras batang rumbia atau "pohon sagu" (Metroxylon sagu Rottb.). Tepung sagu memiliki karakteristik fisik yang mirip dengan tepung tapioka. Dalam resep masakan, tepung sagu yang relatif sulit diperoleh sering diganti dengan tepung tapioka sehingga namanya sering kali dipertukarkan, meskipun kedua tepung ini berbeda.
Sagu merupakan makanan pokok bagi masyarakat papua yang tinggal di pesisir maupun di pedalaman. Sagu dimakan dalam bentuk Papeda,  atau dalam bentuk-bentuk yang lain. Sagu sendiri dijual sebagai tepung curah maupun yang dipadatkan dan dikemas dengan daun pisang. Selain itu, saat ini sagu juga diolah menjadi mie dan mutiara.
Sebagai sumber karbohitdrat , sagu memiliki keunikan karena diproduksi di daerah rawa-rawa (habitat alami rumbia). 
Olahan sagu yang telah di padatkan akan menjadi seperti gambar diatas. Cemilan yang satu ini paling cocok di makan dengan di temani secangkir teh dan kopi. strukturnya yang keras akan berubah menjadi lombo karna terkena sesuatu yang hangat. biasanya para remaja mengistilahkan sagu ini seperti : " sa ni sagu, ko tu teh. kalau sa tacolo di ko pu hati, akan sa lombo" (hanya orang papua yang tau arti dari istilah ini haha).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar